SINGKIL - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengadakan pelatihan tim mitigasi penanganan konflik satwa liar kepada masyarakat Desa Mukti Jaya, Kecamatan Singkohor, Aceh Singkil, Rabu, 13 September 2017.
Sehari sebelumnya, BKSDA Aceh melakukan kegiatan yang sama di Desa Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan. Kedua desa ini termasuk kawasan rawan konflik satwa liar, khususnya Harimau Sumatera.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Subussalam BKSDA Aceh, Hadi Sofyan mengatakan, pelatihan ini untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam melakukan penanganan konflik satwa liar, yang bisa datang kapan saja ke perkampungan penduduk.
Ia mengatakan, kegiatan tersebut terlaksana dengan dukungan program Biodiversity Conservation and Climate Protection in the Gunung Leuser Ecosystem (BCCPGLE) Aceh-KfW Jerman bekerja sama dengan Kementerian LHK mengadakan kegiatan selama dua hari di lokasi berbeda.
Menurutnya, kegiatan ini akan terus dilakukan di desa-desa lainnya yang rawan terjadinya konflik satwa liar, baik di Aceh Selatan, Subulussalam dan Aceh Singkil.
Hadi Sofyan menjelaskan, masyarakat dilatih teknis mengusir harimau dengan cara meletuskan mercon ataupun meriam paralon. Teknis membuat kandang sapi antiserangan harimau dengan cara membuat pagar kawat di luar kandang.
BKSDA juga mengingatkan masyarakat jika ada harimau masuk perkampungan dan meresahkan warga, segera lapor ke BKSDA Aceh.
"Jika ada harimau yang meresahkan lapor ke BKSDA, Desa Muki Jaya, Singkohor, termasuk wilayah rawan konflik satwa liar, khususnya Harimau Sumatera, karena daerah lintas sampai ke Desa Darussalam, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam," kata Ria Kamba dari BKSDA.[]
Editor: IRMANSYAH D GUCI
Sumber : Portalsatu.com
Tidak ada komentar
Posting Komentar